MASALAH
PENDUDUK DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Pada
umumnya di Negara yang sedang berkembang perkembangan penduduk sangat tinggi
tingkat kecepatan perkembangannya dan besar jumlahnya.
Yang dimaksud dengan masalah
penduduk adalah :
Masalah perkembangan penduduk sangat besar si nagara berkembang
Pertambangan penduduk menimbulkan :
Ý Jumlah
pengangguran tinggi
Ý Jumlah
tenaga kerja bertambah
Ý Perpindahan
penduduk dari desa ke kota
Ý Pengangguran
dikota besar bertambah
Ý Tingkat
kemiskinan meningkat
Dinegara berkembang laju pertambahan
penduduk merupakan masalah pembangunan yang utama dan sukar diatasi, para ahli
menyarankan masalah pertambahan penduduk dinegara berkembang harus segera
diatasi untuk dapat mempercepat laju perkembangan ekonomi, yaitu dengan program
menekan laju pertambahan penduduk.
Tetapi usaha menekan laju
pertambahan penduduk menghadapai beberapa masalah, seperti :
-
Ekonomi
-
Sosial budaya
-
Keagamaan
-
Politik dan
-
Psikologi
Masalah tersebut yang menghambat
usaha menekan pertambahan penduduk dalam waktu yang singkat.
Faktor Yang Mempercepat Perkembangan
Penduduk
Perkembangan penduduk di dunia yang
jumlahnya besar dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
- Jumlah penduduk yang sudah terlalu banyak pada masa
sekarang
Dalam satu abad
jumlah penduduk dunia berkembang dari 1,6 miliar menjadi 6 miliar.
Perkiraan tahun
2005 mencapai 6.420 juta
- Tingakat pertambahan penduduk yang relatif sangat
pesat dewasa ini
Dari penelitian
B. Berelson tahun 1650 -1750 laju pertambahan penduduk dunia 0,3 %, tahan 1960-an
laju rata-rata 2 %.
Pada negara
berpendapatan rendah (LIC – low income countries) periode 1976 – 2000 laju
mencapai 1,4 miliar, dan dalam proporsi penduduk dunia mencapai 60,4 %, untuk
MIC – middle income countries = 23.9 % dan untuk HIC – High income countries =
15.7 %
Faktor Yang Menimbulkan Tingkat
perkembangan Penduduk Yang Cepat
P. Bairoch membedakan perkembangan
penduduk pada negara berkembang dalam tiga tahap, yaitu :
- Periode 1900 – 1920 tingkat perkembangan penduduk
lambat
- Periode 1920 – 1950 Penurunan tingkat kematian
- Periode 1950 – 1970 bertambah laju penduduk
Dari tahapan tersebut dapat
disimpulkan :
Bahwa perkembangan penduduk sangat pesat dinegara berkembang disebabkan
noleh penurunan tingkat kematian dengan tidak diikuti oleh penurunan angka
kelahiran dan kematian, dan perpindahan penduduk dari negara lain secara
alamiah.
Transisi Demografi
Perkembangan penduduk dinegara maju
dan berkembang menunjukan perubahan keadaaan perkembangan penduduk atau
transisi demografi..
Transisi demografi dibedakan dalam
tiga tahap, yaitu :
- Tahap 1
Perkembangan
penduduk masih rendah dengan tingkat kelahiran ini, negara maju pada periode
1800 – 1850 dan untuk negara berkembang
1800 - 1950
- Tahap 2
Tingkat kematian
menurun tetapi tingkat kelahiran masih tetap tinggi, maka tingkat pertambahan
penduduk semakin besar.
Negara maju pada
periode 1850 – 1910 dan negara berkembang 1950 - 1970
- Tahap 3
Pada negara maju
tingkat kematian penurun dan tingkat kelahiran juga menurun, maka laju
pertambahan penduduk mencapai tingkat yang rendah, periode 1910 - 1970
Pada negara
berkembang, pada tahap 3 dibedakan kedalam dua keadaan, yaitu :
a.
Keadaan kasus (a)
Tingkat kematian
tidak mengalami penurunan dan tingkat kelahiran juga tidak mengalam perubahan,
jadi laju penduduk tidak berubah.
b.
Keadaan kasus (b)
Tingkat kematian
mengalami penurunan dan kelahiran juga menurun, tetapi lebih tinggi dari
penurunan tingkat kematian, jadi tingkat pertambahan penduduk mengalami proses
penurunan.
Pada dasawarsa dewasa ini
perkembangan penduduk yang cepat dan jumlahnya yang sangat besar, telah membawa
damapak terhadap :
- Struktur penduduk yang berat sebelah
- Pengangguran yang semakin serius
- Arus urbanisasi yang tinggi
Struktur penduduk
Perkembangan penduduk yang semakin
cepat menyebabkan :
- Proporsi penduduk belum dewasa bertambah tinggi
- Jumlah anggotan keluraga bertambah besar
Kondisi Negara Maju Negara
Berkembang
Bawah
15 Th 25 – 30 % 40 – 45 %
Produktif 55 – 60 % 50 – 55 %
Jumlah
anggota 1 x 1,5 x
Masalah
Pengangguran
Taksiran
dari Boiroch, jumlah tenaga kerja di Negara berkembang dari 0, 8 % pada tahun
1950 naik manjadi 1,7 % pada tahun 1970, di Negara maju berkisar 0,7 %.
Perkiraan
tingkat pertambahan tenaga kerja pada periode tahun 2000, Negara maju 0,9 % dan
Negara berkembang 2,6 – 2,8 %.
Secara umum di Negara berkembang :
- Laju perekonomian masih rendah
- Tidak mencukupi lapangan kerja
- Bersifat pada sektor pertanian
- Terdapat pengangguran terbuka dan terselubung.
Arus urbanisasi
Pembangunan ekonomi yang belum
merata disetiap wilayah dan pertambahan penduduk yang tinggi, ini menyebabkan
timbul masalah lain, yaitu migrasi penduduk desa ke kota.
Migrasi menimbulkan beberapa
masalah, seperti
- Tingkat pengangguran penuh dan terselebung meningkat
- Masalah kongesti – kesesakan
- Penyerobotan tanah
- Pembangunan rumah liar
- Perumahan yang kurang memadai – slumps
- Kriminalitas, dll
Urbanisasi di negara maju
Migrasi penduduk di negara maju
memunculkan pertumbuhan ekonomi yang harmonis atau saling menguntungkan ;
Kegiatan ekonomi dikota umumnya :
- Kegiatan bidang industri
- Pemerintahan
- Pengangkutan
- Badan keuangan
- Perdagangan.
Kegiatan tersebut membutuhkan tenaga
kerja. Di negara maju jumlah perpindahan tenaga kerja dari sektor pertaniann ke
sektor industri, jumlhanya sam besar dengan kebutuhan tenaga kerja yang
diperlukan oleh perkembangan kegiatan ekonomi di kota.
Urbanisasi di negara berkembang
Pada umumnya migrasi yang terjadi
berlebihan, jadi pertumbuhan penduduk di kota sangat cepat, di kota-kota negara
berkembang mencapai antar 4 – 7 %, tidak diimbangi dengan perkembangak kegiatan
ekonomi di kota.
Untuk tahun 2000 tingkat urbanisasi
di negara berkembang mencapai 42,6 %.
Urbanisasi menimbulkan :
- pengangguran terbuka
- Pengangguran terselubung
Dua hal ini yang mempertparah
tingkat pengangguran dalam suatu negara berkembang.
Jadi masalah pengangguran di kota –
kota besar di negara berkembang merupakan masalah yang harus diatasi agar laju
perkembangan ekonomi dapat dipercepat
Ekonomi
Pembangunan adalah cabang dari Ilmu Ekonomi yang bertujuan untuk menganalisis
masalah-masalah yang khususnya dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang
dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah itu, supaya
negara-negara tersebut dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.
Tujuan dari analisis ekonomi pembangunan adalah untuk: menelaah faktor-faktor
yang menimbulkan keterlambatan pembangunan khususnya di negara-negara sedang
berkembang, mengemukakan cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi, sehingga dapat mempercepat jalannya pembangunan
ekonomi khususnya di negara-negara tersebut. Ekonomi pembangunan belum memiliki
pola analisis tertentu yang dapat diterima oleh kebanyakan ahli-ahli ekonomi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: sangat kompleksnya masalah
pembangunan, banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan dan
banyaknya faktor yang terpengaruh oleh pembangunan, ketiadaan teori-teori
pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar dalam memberikan
gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi.
Pembangunan
ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang, disertai
dengan perubahan ciri-ciri penting suatu masyarakat, yaitu perubahan dalam
keadaan sistem politik, struktur sosial, nilai-nilai masyarakat dan struktur
kegiatan ekonominya. Tujuan pembangunan ekonomi pada prinsipnya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: menaikkan produktivitas dan menaikkan
pendapatan perkapita. Beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat
maupun perekonomian antara lain adalah: output atau kekayaan suatu masyarakat
atau perekonomian akan bertambah, kebahagiaan penduduk bertambah, menambah
kesempatan untuk mengadakan pilihan yang lebih luas, memberikan manusia
kesempatan yang lebih besar untuk memanfaatkan alam sekitar, memberikan
kebebasan untuk memilih kesenangan yang lebih luas, mengurangi jurang perbedaan
antara negara-negara yang sedang berkembang dengan negara-negara yang sudah
maju. Kerugian-kerugian dari pembangunan ekonomi adalah: mendorong seseorang
untuk berpikir maupun bertindak lebih mementingkan diri sendiri, mendorong
seseorang lebih bersifat materialistis, sifat hidup gotong royong yang pada
umumnya terdapat di negara-negara sedang berkembang semakin berkurang, sifat
kekeluargaan dan hubungan keluarga semakin berkurang.
permasalahan
Dasar Pembangunan Ekonomi di Negara Sedang Berkembang
Ada
tiga permasalahan dasar/pokok yang dihadapi oleh negara sedang berkembang. Tiga
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: berkembangnya ketidakmerataan
pendapatan, kemiskinan, gap atau jurang perbedaan yang semakin lebar antara
negara maju dengan negara sedang berkembang.
Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakmerataan distribusi pendapatan di
negara sedang berkembang, menurut Irma Adelman & Cynthia Taft Morris adalah
sebagai berikut: menurunnya pendapatan per kapita, inflasi, ketidakmerataan
pembangunan antar daerah, investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang
padat modal (capital intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari
harta tambahan lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang
berasal dari kerja. Hal ini mengakibatkan pengangguran bertambah, rendahnya
mobilitas sosial, pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang
mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi
usaha-usaha golongan kapitalis, memburuknya nilai tukar (term of trade) negara
sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat
ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor
negara sedang berkembang, hancurnya industri-industri kerajinan rakyat, seperti
pertukangan, industri rumah tangga dan lain-lain. Kemiskinan ditimbulkan oleh
dua hal, yaitu: kemiskinan yang bersifat alamiah atau kultural, dan kemiskinan
yang disebabkan oleh miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada,
yang biasa disebut dengan kemiskinan struktural.
Di
samping beberapa karakteristik di atas, ada beberapa faktor lain yang merupakan
penghambat bagi pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang antara lain
adalah: dualisme ekonomi, iklim tropis, kebudayaan yang tidak ekonomis,
produktivitas rendah, jumlah kapital yang sedikit, perdagangan luar negeri dan
ketidaksempurnaan pasar.
Sifat-sifat
Umum Negara Sedang Berkembang
Istilah
negara yang sedang berkembang merupakan sebutan bagi negara-negara yang belum
maju atau negara yang masih terbelakang. Dikatakan negara yang sedang
berkembang (developing countries) karena negara ini sedang berusaha keras untuk
mengembangkan diri dengan melakukan pembangunan ekonomi guna meningkatkan
kemakmurannya. Negara-negara yang sedang berkembang ini sebagian besar berada
di benua Asia dan Afrika.
Dilihat
dari penampilan fisik, suatu negara termasuk kategori negara sedang berkembang
apabila keadaannya miskin, tingkat hidup penduduk masih rendah, rumah-rumah
penduduk masih sederhana, di kota-kota masih banyak pengemis, belum banyak
pabrik atau industri, jalan-jalan dan komunikasi maupun transportasi masih
kurang, sebagian besar penduduk pendidikannya masih rendah, dan usaha
pertambangan dan industri besar dilakukan oleh perusahaan asing.
Menurut
M. Meier dan RE. Baldwin, yang dikutip oleh Irawan dan Suparmoko (1974: 29-32),
dikemukakan bahwa ciri-ciri umum negara yang miskin atau negara yang sedang
berkembang ada enam macam, yakni:sebagai produsen barang-barang primer;
sumber-sumber alam belum diolah; menghadapi tekanan penduduk; penduduknya masih
terbelakang; kekurangan kapital atau modal; dan orientasi perdagangan ke luar
negeri.
Menurut
Todaro, 2000, ciri-ciri umum dari setiap negara sedang berkembang dapat
diklasifikasikan menjadi tujuh kategori utama sebagai berikut: standar hidup
yang rendah, produktivitas yang rendah, tingkat pertumbuhan penduduk dan beban
ketergantungan yang terlampau tinggi, tingkat pengangguran penuh dan
terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak, ketergantungan terhadap
produksi pertanian dan ekspor barang-barang primer, pasar yang tidak sempurna
dan informasi yang tidak memadai, dominasi, ketergantungan, dan Kerapuhan dalam
Hubungan Internasional.
Perubahan
Struktur Ekonomi dalam Proses Pembangunan
Terjadinya
pembangunan ekonomi, struktur ekonomi akan mengalami perubahan dari sektor
pertanian ke sektor industri atau dari sektor primer ke sekunder maupun ke
tersier. Terjadinya perubahan struktur ekonomi akan berakibat pula perubahan
peranannya terhadap pendapatan nasional maupun kesempatan kerja. Oleh sebab
itu, sumbangan yang diberikan oleh masing-masing sektor akan mengalami
perubahan dengan adanya pembangunan ekonomi.
Untuk
mengetahui bagaimana mekanisme perubahan struktural dapat dipelajari dalam
teori perubahan struktural. Ada dua teori utama yang membahas tentang perubahan
struktural yaitu teori yang dikemukakan oleh Arthur Lewis dengan teori
migrasinya dan teori yang dikemukakan oleh Hollis Chenery dengan teori
transformasi struktural. Teori pembangunan yang dikemukakan oleh Arthur Lewis
pada dasarnya membahas tentang proses pembangunan yang terjadi antara daerah
desa dan kota, yang mengikut sertakan proses urbanisasi yang terjadi dari desa
ke kota. Teori ini mengatakan bahwa urbanisasi terjadi karena adanya perbedaan
dalam pembangunan antara desa dan kota. Kesenjangan antara desa dengan kota
inilah yang menyebabkan banyak masyarakat desa yang berbondong-bondong pindah
ke kota. Sedangkan teori pembangunan ekonomi Hollis Chenery dengan teorinya
Pattern of Development memfokuskan terhadap perubahan struktur dalam tahapan
pembangunan ekonomi, industri dan struktur institusi dari perekonomian yang
sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional
beralih ke sektor industri sebagi mesin pertama pertumbuhannya.
Untuk
mengetahui ada tidaknya perubahan sumbangan dari berbagai sektor terhadap
produksi nasional, harus diketahui seberapa besar sumbangan masing-masing
sektor terhadap produksi nasional sebelum ada pembangunan ekonomi, dan
selanjutnya dibandingkan setelah ada pembangunan ekonomi.
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Dalam
sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses
pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran
klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian. Ahli ekonomi yang lahir
antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua puluh ini, lazim digolongkan
sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini dibedakan ke dalam dua
golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik. Dari kedua golongan
ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar menumpahkan
perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam jangka pendek,
hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi.
Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi
disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi dari pendapat Adam
Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu
perekonomian berfungsi secara efisien.
Menurut
Schumpeter, perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun
gradual, melainkan merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus.
Selanjutnya menurut Schumpeter, perkembangan selanjutnya itu tidak bersifat
gradual, tetapi mengandung ketidaktentuan dan risiko yang besar, sehingga tidak
dapat diperhitungkan terlebih dahulu dan ini menyebabkan timbulnya
keragu-raguan dalam mengembangkan usaha lebih lanjut. Menurut Schumpeter,
faktor terpenting untuk perkembangan ekonomi adalah wiraswasta (entrepreneur).
Karena mereka adalah orang-orang yang mengambil inisiatif untuk berkembangnya
produksi nasional.
Ahli-ahli
Post-Keynesian mencoba mengembangkan teori pertumbuhan Keynes. Pada hakikatnya
teori tersebut dikembangkan oleh dua ahli ekonomi secara sendiri-sendiri, namun
karena inti dari teori tersebut adalah sama, maka sekarang dikenal sebagai
teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar pada hakikatnya menganalisis mengenai
persoalan-persoalan tentang: syarat-syarat apakah atau keadaan yang
bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar dari
masa ke masa kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah, sebagai akibat dari
penanaman modal akan selalu sepenuhnya digunakan.
Tahap-tahap
Pembangunan Ekonomi
Ada
beberapa ahli yang memaparkan teori tentang tahap-tahap pembangunan ekonomi
yaitu Fredrich List, Bruno Hilderbrand, Karl Bucher dan W.W Rostow. Fredrich
List adalah seorang penganut paham Laissez faire. Ia berpendapat bahwa paham
Laissez faire dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal, meskipun ia
menghendaki adanya proteksi bagi industri-industri yang masih lemah. Menurut
List, perkembangan ekonomi hanya akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat
kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Ia menyusun
tahap-tahap perkembangan ekonomi di mulai dari: fase primitif biadab, fase
pertanian, fase pertanian dan pabrik, pabrik dan perdagangan.
Bruno
Hilderbrand mengemukakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi itu menjadi 3
tahap yaitu: perekonomian barter atau perekonomian natural, perekonomian uang,
dan perekonomian kredit.
Menurut
Karl Bucher, perkembangan ekonomi melalui tiga tingkat atau tahap yaitu:
produksi untuk kebutuhan sendiri, perekonomian kota dan perekonomian nasional,
di mana peranan pedagang-pedagang tampak makin penting. Menurut tahap ketiga
ini, bahwa barang-barang itu diproduksi untuk pasar bukan untuk kepentingan
sendiri.
Tahap-tahap
pembangunan ekonomi menurut Rostow dikelompok-kan menjadi: masyarakat
tradisional, prasyarat lepas landas, lepas landas, menuju kematangan dan
konsumsi berlebih.
Peranan
Penduduk dalam Pembangunan Ekonomi
Dalam
analisis masalah ketenagakerjaan, penduduk dibedakan menjadi 2 golongan yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Dilihat dari peranannya terhadap
pembangunan ekonomi, penduduk memiliki dua peranan penting yaitu dilihat dari
sisi permintaan dan dilihat dari sisi penawaran. Dilihat dari sisi permintaan,
penduduk bertindak sebagai konsumen, sedangkan dilihat dari sisi penawaran
penduduk bertindak sebagai produsen.
Oleh
karena itu, perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan
penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini mempunyai
kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil produksi. Ini
berarti bahwa pertambahan penduduk yang tinggi harus disertai dengan tingkat
penghasilan yang tinggi pula. Pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan yang
rendah tidak ada artinya bagi pembangunan ekonomi.
Bagi
negara-negara maju, pertambahan penduduk yang pesat justru menyumbang terhadap
kenaikan penghasilan riil per kapita. Hal ini disebabkan karena di
negara-negara yang maju pada umumnya mempunyai tabungan yang siap untuk
melayani kebutuhan investasi, sehingga tambahan penduduk justru akan menambah
potensi masyarakat sebagai sumber permintaan yang baru. Sebagai suatu contoh
dengan bertambahnya penduduk juga akan menambah permintaan akan kebutuhan
perumahan, kendaraan, kesehatan, pendidikan, pengangkutan dan lain sebagainya.
Bagi
negara-negara sedang berkembang keadaannya sama sekali terbalik. Perkembangan
penduduk yang cepat justru akan menghambat perkembangan ekonomi. Menurut aliran
Klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, berpendapat
bahwa selalu akan ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan
tigkat perkembangan penduduk, yang akhirnya akan menang perkembangan penduduk.
Masalah
dan Kebijakan Kependudukan dalam Pembangunan Ekonomi
Ada
4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan di negara-negara sedang berkembang,
yaitu: adanya tingkat kelahiran yang relatif tinggi, adanya struktur umur yang
tidak favorabel, tidak meratanya distribusi penduduk dan tidak cukupnya tenaga
kerja yang terdidik dan terlatih.
Selain
4 permasalahan tentang kependudukan di atas masih ada permasalahan lain yang
berkaitan dengan masalah kependudukan yaitu terjadinya ledakan penduduk di
negara sedang berkembang. Ada tiga faktor yang menentukan perkembangan
penduduk. Ketiga faktor tersebut adalah tingkat kelahiran, tingkat kematian,
dan mobilitas.
Untuk
memecahkan masalah kependudukan ada beberapa cara. Cara utama yang dilakukan
untuk menekan tingkat pertumbuhan penduduk adalah dengan pengendalian kelahiran
(birth control), yaitu dengan program Keluarga Berencana. Selain dengan program
keluarga berencana cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemanfaatan
Sumber Daya manusia. Tenaga kerja yang menganggur merupakan persediaan faktor
produksi yang dapat dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lain untuk
meningkatkan output di negara-negara sedang berkembang. Oleh karena itu, tenaga
tersebut perlu dimanfaatkan. Dalam memanfaatkan tenaga yang menganggur ini
dapat dilihat dari dua segi, yaitu: dari segi permintaan dan penawaran. Di
samping cara di atas masih ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah kependudukan khususnya untuk mengatasi masalah pengangguran.
Untuk mengatasi pengangguran di Indonesia yang kian bertambah, ada beberapa
kebijakan yang bisa ditempuh. Beberapa kebijakan tersebut adalah: 1) Membuka
lapangan kerja baru, 2) Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pembangunan
ekonomi yang mandiri dengan menggunakan sumber dana pembangunan dalam negeri.
3) Pemerintah harus melarang para investor Indonesia melakukan investasi ke
luar negeri. Kebijakan ini sebagai upaya menangkal pelarian modal (capital
flight) dari Indonesia. 4) Sektor pertanian menjadi sektor primadona
pembangunan ekonomi. 5) Pemerintah perlu membersihkan berbagai inefisiensi
ekonomi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost economy) dan
inefisiensi ekonomi.
Peranan
Modal dalam Pembangunan Ekonomi
Secara
umum istilah pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan
warga masyarakat. Kemajuan di sini lebih diartikan sebagai kemajuan di bidang material.
Oleh karena itu, kata pembangunan sering dipahami sebagai kemajuan yang dicapai
sebuah masyarakat di bidang ekonomi. Untuk mencapai kemajuan di bidang ekonomi
faktor modal/kapital merupakan salah satu faktor yang penting.
Kapital
merupakan semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan baik langsung maupun tidak
langsung dalam produksi untuk menambah output. Dilihat dari fungsinya dalam
pembangunan ekonomi, kapital mempunyai dua fungsi pokok yaitu: sebagai alat
pendorong perkembangan ekonomi, dan sebagai sumber-sumber untuk menaikkan
tenaga produksi. Kapital di negara-negara sedang berkembang pada umumnya
relatif jarang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Namun salah satu
faktor yang dominan yang menyebabkan langkanya jumlah kapital di negara sedang
berkembang adalah karena adanya lingkaran perangkap kemiskinan (Vicious
Circles).
Dalam
arti uang, sumber-sumber kapital untuk pembangunan baik yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri dapat dikelompokkan menjadi 3 sumber yaitu: tabungan
sukarela (Voluntary Saving), pajak (Forced Saving), dan pinjaman luar negeri
(Foreign Loans). Selain ketiga sumber di atas, kapital untuk pembangunan dapat
diperoleh dari: menggeser kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor lain, menekan konsumsi, meningkatkan ekspor, dan memindahkan
faktor-faktor produksi dari penggunaan yang kurang produktif ke penggunaan yang
lebih produktif.
Dalam
penggunaan kapital untuk investasi dalam pembangunan ada beberapa macam
kriteria yang dapat digunakan. Beberapa kriteria tersebut di antaranya adalah
kriteria neraca pembayaran, kriteria produktivitas sosial marginal, kriteria
intensitas faktor-faktor produksi, kriteria bagian investasi kembali, dan
kriteria operasional.
Dalam
hubungannya dengan penggunaan kapital untuk keperluan investasi ada dua teori
yaitu: teori usaha perlahan-lahan dan teori dorongan besar. Teori usaha
perlahan-lahan berpendapat bahwa suatu usaha sebaiknya tidak dilaksanakan
secara besar-besaran. Sedangkan teori dorongan besar berpendapat bahwa suatu
usaha harus dilaksanakan secara besar-besaran, karena kalau suatu usaha untuk
menaikkan pendapatan hanya dilakukan secara kecil-kecilan atau dengan
menggunakan kapital yang sedikit keuntungan yang diperoleh relatif kecil, hal
ini justru hanya akan mendorong pertumbuhan penduduk. Kedua teori ini
mengilhami dua model pembangunan yaitu pembangunan seimbang dan pembangunan
tidak seimbang.
Perdagangan
internasional adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan transaksi jual beli
barang dan jasa antara satu negara dengan negara yang lainnya dengan tujuan
mendapatkan keuntungan. Penyebab timbulnya perdagangan internasional adalah
perbedaan barang yang diproduksi, perbedaan kepemilikan faktor produksi,
kelebihan dan kekurangan hasil produksi, perbedaan harga hasil produksi, dan
perbedaan selera. Perdagangan internasional berbeda dengan perdagangan dalam
negeri karena:
1.
Perdagangan internasional membutuhkan jenis mata uang yang berbeda-beda.
2.
Tata cara transaksi jual beli dalam perdagangan internasional memakan waktu
lama.
3.
Cara pembayaran dalam perdagangan internasional relatif rumit dan berisiko
tinggi.
4.
Perbedaan kebijakan yang diterapkan dalam pelaksanaan perdagangan
internasional.
Sumber
perolehan devisa negara adalah: ekspor barang, ekspor jasa, pariwisata,
investasi ke luar negeri, pinjaman luar negeri, hadiah, hibah atau grant.
Tujuan penggunaan devisa adalah untuk: mengimpor barang dari luar negeri, baik
barang modal ataupun barang konsumsi, mengimpor jasa dari luar negeri, membayar
keuntungan atau dividen terhadap penanaman modal asing, membayar cicilan utang
dan bunga pinjaman luar negeri, membiayai kegiatan warga negaranya di luar
negeri, misalnya kegiatan kedutaan, konsulat, dan atase di luar negeri, biaya
studi pelajar atau mahasiswa di luar negeri, kunjungan pejabat ke luar negeri
dan lain sebagainya. Bentuk kerja sama ekonomi antarnegara:
1.
Kerja sama Bilateral.
2.
Kerja sama Multilateral.
a.
Kerja sama Regional;
b.
Kerja sama Internasional.
3.
Kerja sama ekonomi internasional.
Tujuan
kerja sama ekonomi antarnegara: memajukan perdagangan dunia, mempercepat
pembangunan ekonomi dunia, meningkatkan kualitas hidup bangsa-bangsa di dunia.
Sumber: